Ahad, September 25, 2016

Model khas bangunan di Yaman muncul sejak zaman Kaum 'Ad Pertama (2200-2500 SM) yang berlokasi di lembah al-Ahqaf (antara Aden dan Oman). Bangunan-bangunannya sangat besar, serasi dengan penghuninya.


Al-Qur'an menceritakan (yang artinya) : "Apakah kamu membangun pada tiap-tiap tempat yang tinggi suatu tanda (bangunan) yang kamu berbuat sia-sia. Dan kamu adakan mahligai-mahligai supaya kamu kekal?” (QS. As-Syu'ara': 128-129).
Dalam ayat lain (yang artinya): “Dia telah melebihkan kamu dalam bentuk tubuh yang kuat.” (QS. al-A'raf 69).

Pada masa itu, kaum Ad sangat menyukai model dan seni. Ini terlihat dari model bangunan, gedung dan tata letak kota. Sebagaimana dikatakan oleh Vorster ketika ia mengunjungi tempat bersejarah di Yaman bahwa ukir-ukiran di benteng Al-Ghurrab itu dibuat pada zaman Nabi Hud AS.

Peradaban Yaman tidak sirna dengan jebolnya Bendungan Ma'rib. Kaum ‘Ad pertama telah menciptakan sejarah bangunan yang diukir dari batu.

Tanah Hadhramaut dan Penggunaannya

Wadi (lembah) Hadhramaut lembah terluas di Semenanjung Arab. Wilayah ini cocok untuk dijadikan tempat tinggal. Datarannya luas, air mudah didapat, dan tanahnya subur. Tanah Hadhramaut sangat istimewa, bisa dimanfaatkan untuk pembuatan gerabah (perabotan rumah), masjid dan bangunan-bangunan lainnya.
Salah satu keistimewaan bangunan yang terbuat dari thabuk (tanah mentah tidak dibakar) adalah secara alami dapat menyesuaikan dengan cuaca. Di musim panas, di dalam rumah akan terasa sejuk, dan di musim dingin akan terasa hangat. Uniknya, bangunan yang dibangun dari tanah mentah itu bertahan hingga ribuan tahun.

Masjid-masjid di Hadhramaut semuanya dibangun dari thabuk. Misalnya Masjid Jami' Harun Al-Rasyid (166 H) di Shibam dan Masjid Jami' Abdillah yang dibangun oleh Abdullah, warga Iraq yang hijrah ke Hadhramaut bersama keluarganya di tahun 317 H (970 M).

Indahnya Bangunan Shibam

Kota Shibam salah satu peninggalan sejarah yang terkenal di dunia. Unicef menyatakan Shibam sebagai peninggalan kuno dunia yang harus dijaga. Kota yang berada di Provinsi Hadhramaut Yaman ini telah berumur 600 tahun lebih.

Seminar yang diadakan Kementrian Kebudayaan dan Penerangan Republik Yaman tahun 1988 M, yang dihadiri beberapa delegasi manca negara juga memutuskan, Shibam, dengan seni bangunannya, menjadi milik aset dunia yang harus dijaga, bukan milik Yaman semata.

Kota Shibam terletak di daerah bebatuan. Bangunan-bangunannya menjulang tinggi. Semuanya terbuat dari tanah. Sehingga bila dipandang dari kejahuan, seakan-akan seperti tumpukan-tumpukan tanah. Menurut sebagian orang, kota ini dibangun pada abad 3 atau 4 Masehi. Sampai saat ini, Kota Shibam telah mengalami renovasi sebanyak 9 kali.

Jumlah rumah di sana sekitar 500 buah. Penduduknya kurang lebih 7000 jiwa. Di kota itu terdapat 7 masjid. Luas tanahnya 14,10 H2 dan 16,40, dengan panjang 47,3 dan 49,18 H2. Di kota ini, hanya terdapat satu pintu masuk dari arah selatan.
Bangunan-bangunan rumah tingginya mencapai 30-40 meter. Setiap rumah terdiri dari 5 sampai 8 tingkat yang semuanya dibangun dengan tanah liat dan dindingnya diolesi dengan kapur.

Bangunan rumah terbagi sebagai berikut :

Tingkat pertama               : Kandang hewan.
Tingkat kedua            : Tempat menerima tamu
Tingkat tiga dan empat          : Tempat perempuan
Tingkat lima, enam dan tujuh     : Tempat laki-laki yang sudah berkeluarga.

Adapun shutuh (atap atas yang terbuka) digunakan sebagai tempat istirahat di malam hari saat musim kemarau.

Bila di Roma kebudayaannya adalah pertanian, maka di Arab adalah seni bangunan. Perkembangan bangunan di Yaman, awalnya adalah bangunan rumah kecil tanpa tempat mandi. Setengahnya berada di bawah tanah dan setengahnya lagi tampak di atas tanah. Sisa-sisa bangunan ini sekarang didapati di daerah Sanaa' dan daerah di sekitar Makam Nabi Hud as.

Bangunan di Hadhramaut kemudian berkembang menjadi bangunan yang memiliki 2 hingga 3 tingkat. Dan ahirnya sampai ke bentuk bangunan pencakar langit seperti yang ada di Kota Shibam.

Ketika kopi mulai dikonsumsi di Yaman pada abad 16, tatanan kamar rumah-rumah di Shibam berubah. Ini dikarenakan adanya penambahan tempat untuk pembuatan kopi dan penyimpanan alat-alat pembuatan kopi.
Begitu juga ketika teh mulai “dicandu” masyarakat Yaman pada abad 19 terjadi perubahan lagi dengan penambahan tempat pembuatan teh dan tempat penyimpanan alat-alat pembuatannya.

Jendela atas Rumah
 
Jendela-jendela ini terbuat dari kayu dengan bentuk persegi panjang. Pada perkembangan selanjutnya, bentuknya berubah menjadi bujur sangkar. Dan saat ini berubah lagi menjadi mendatar dan terbuat dari kaca.

Jendela-jendela ini digunakan sebagai ventilasi, masuknya cahaya matahari dan melindungi bagian dalam rumah dari kotoran-kotoran debu.

Jendela bawah Rumah

Jendela-jendela ini juga terbuat dari kayu berlobang kecil. Dari lobang kecil ini, pemilik rumah bisa melihat siapa yang ada di luar tanpa diketahui oleh orang yang berada di luar.

Fungsi jendela ini, selain untuk memberikan angin segar, masuknya cahaya matahari, juga untuk melihat ke jalanan atau luar rumah.

Pintu Rumah

Kamar-kamar rumah Shibam, sebagian ada yang mempunyai satu pintu, ada pula yang punya dua pintu dengan dihiasai ukir-ukiran. Di salah satu pintu atau keduanya sekaligus, terdapat lubang kecil yang sekiranya cukup untuk dimasuki tangan. Gunanya untuk menutup pintu dan membukanya dari luar.

Jembatan dan Ruang Bawah Tanah
 
Jembatan ini dibangun di tingkat paling atas. Gunanya untuk menghubungkan rumah yang satu dengan rumah yang lain. Hal ini bertujuan untuk memudahkan silaturahmi antar perempuan sesama saudara atau tetangganya. Juga untuk menghidari pantauan orang laki-laki yang bukan mahromnya bila mereka harus sering keluar rumah.
Sedang ruang bawah tanah yang disebut sidrab, tujuannya untuk bersembunyi bila terjadi peperangan atau penculikan.

Rak di atas Jendela 

Di atas jendela-jendela rumah dibuat rak yang bentuknya ada yang persegi tiga, ada pula yang persegi empat, dengan dihiasi ukir-ukiran. Rak ini berfungsi untuk meletakkan kitab-kitab atau alat-alat rumah agar jauh dari jangkauan anak-anak kecil.

Adapun rak untuk gelas --disebut al-thawis-- terletak di dinding tembok kamar. Rak ini terdiri dari beberapa susunan. Susunan paling atas sebagai tempat gelas keluarga. Susunan berikutnya adalah tempat gelas keluarga perempuan. Berikutnya lagi tempat gelas tamu. Dan susunan rak paling bawah adalah tempat gelas anak-anak kecil.
Rak-rak ini juga dihiasi dengan ukir-ukiran yang melingkar di pinggir-pinggirnya.

Al-Mashawif

Al-Mashawif adalah bangunan-bangunan kecil yang dibuat di benteng peperangan dan benteng kerajaan atau ketua suku dengan bentuk persegi tiga, segi empat atau bulat. Benteng ini sebagai penjagaan atau tempat para pemanah saat kondisi perang.

Tiang
 
Di benteng-benteng itu, biasanya dibangun tiang yang jumlahnya terkadang empat buah dengan bentuk persegi empat atau bulat. Guna tiang ini untuk menjaga dan cari tau siapa yang akan masuk ke benteng. Ahli bangunan mengatakan, pencipta pertama tiang di benteng-benteng adalah orang Roma.

Mihrab

Di setiap rumah di Shibam, terdapat mihrab yang dibuat dengan cara melobangi tembok salah satu kamar dan dihiasi dengan ukir-ukiran yang mengitari mihrab. Tujuan pembuatan mihrab ini, untuk mengetahui arah kiblat.

Shutuh (atap atas rumah yang terbuka)
 
Di atas rumah penduduk Shibam, juga di daerah lain di Hadhramaut pada umumnya, terdapat lantai di atas rumah yang terbuka (tidak beratap). Tempat yang disebut shutuh ini dikelilingi tembok setinggi kurang lebih satu meter. Di tiap sisi dibuat lubang-lubang kecil untuk melihat ke luar. Shutuh berfungsi untuk istirahat di malam hari saat musim panas tiba.

Masjid Shibam

Di kota Shibam terdapat tujuh masjid. Di antaranya adalah Masjid Jami' Harun al-Rashid yang dibangun pada masa Khalifah Harun Al-Rashid. Masjid jami' ini sampai sekarang telah mengalami beberapa renovasi.

Masjid lain adalah Masjid Al-Madrasah yang bertingkat satu. Lantai bawah untuk tempat shalat, sedangkan di atas adalah tempat belajar. Namun karena sudah berumur tua dan sampai sekarang belum pernah direnovasi, masjid ini sekarang ditutup karena dikhawatirkan roboh.

Magharah Barhut

Salah satu sejarah seni bangunan di Hadhramaut adalah Magharah Barhut (Goa Barhut) yang terletak di sekitar makam Nabi Hud as.
Para ilmuwan mengatakan, Goa Barhut itu alami alias bukan buatan manusia. Sampai sekarang, tidak seorangpun bisa menjelajahi sampai ke ujung goa. Alat-alat canggih dan oksigen tidak bisa diandalkan karena di dalam goa banyak terdapat kotoran kelelawar dan ular yang menimbulkan bau busuk dan menyebabkan hilangnya oksigen.

Sekilas Bangunan di Wadi Dau’an

Wadi (lembah) Dau’an, penduduk setempat membangun rumah di bukit yang dihiasi ukir-ukiran. Di setiap rumah penduduk, di pintu masuknya bagian dalamnya dihiasi dengan ukir-ukiran. Di samping pintunya terdapat dua almari. Satu almari untuk tempat peralatan makanan seperti piring, gelas dan sebagainya. Sedangkan almari yang satu lagi, sebagai tempat alat-alat tidur seperti kasur dan bantal.
 


Warna Yahudi di Hadhramaut


Bintang Segi Enam
 
Bintang segi enam merupakan salah satu seni bangunan khas masjid-masjid Hadhramaut. Bintang segi enam ini disusun dengan bentuk melingkari mihrab tempat imam shalat.

Namun di masa kemerdekaan Yaman, ukiran bintang enam ini dihapus oleh sebagian juru kunci masjid, seperti yang terjadi di Masjid Jami' Seiyun, karena bentuk tersebut adalah lambang zionisme.

Namun saat Dr Mahmud Al-Ghaul berkunjung ke Yaman dan mendengar penghapusan ukiran bintang segi enam ini, ia mengatakan, ukiran bintang segi enam itu merupakan peninggalan arab yang diambil kaum zionis untuk dijadikan sebagai lambang negara mereka sejak 100-200 tahun lalu.

Bentuk Tempat Lilin

Bentuk tempat lilin dan bentuk ukir-ukiran emas dan perak yang dipakai orang perempuan Shibam zaman dulu, setelah diteliti, ternyata diambil dari bentuk tempat lilin orang Yahudi.

Di Shibam juga terdapat beberapa kata yang berasal dari bahasa Ibri Yahudi. Sampai saat ini kata-kata itu masih dipakai masyarakat Shibam, seperti kalimat thayarmai yang berarti lantai rumah dan kalimat harir yang digunakan untuk memanggil seseorang.

Adat Yahudi sebagian juga masih diterapkan di Shibam, seperti perempuan-perempuan yang duduk-duduk di teras rumah.

Tiada ulasan: